Kata bijak di dinding |
Kata-kata tersebut menghiasi dinding Bakmi Jogja Trunojoyo
di jalan Tegalsari nomer 47 Surabaya. Bakmi Jogja Trunojoyo awalnya berdiri di
jalan Trunojoyo, kemudian pindah ke jalan Wolter Mongisidi dan terkahir di
jalan Tegalsari. Meskipun berpindah tempat sampai tiga kali, Bakmi Jogja
Trunojoyo selalu memilih rumah bergaya colonial Belanda sebagai tempat
berjualan. Bakmi Jogja Trunojoyo menghadirkan nuansa Jogja di Surabaya melalui
makanan yang disajikan dan interiornya.
Bakmi Jogja Trunojoyo ini salah satu tempat kuliner favorit mimin hehe :D
Suasana di Dalam |
Sesuai
namanya Bakmi Jogja Trunojoyo, rumah makan ini menyediakan menu bakmi dan bihun
goreng atau berkuah. Kuahnya tersedia dalam dua cara memasak yaitu godhog
(berkuah banyak) dan nyemek (berkuah sedikit). Selain bakmi dan bihun, juga
tesedia nasi goreng, nasi ruwet, karak (legendar), tahu dan tempe bacem.
Sayangnya bakmi Jogja disini menggunakan mie yang lebih halus, sedangkan di
Jogja, bakmi godhog atau nyemek menggunakan mie kuning yang lebih besar.
Makanan dimasak diatas tungku yang menggunakan arang.
Untuk minuman, selain tersedia jeruk peres, jeruk nipis, teh
dan kopi, juga tersedia minuman tradisional yaitu wedang ronde dan wedang jahe.
Makanan ringan yang tersedia ialah pisang goreng. Pisang goreng mirip dengan
pisang goreng kipas, hanya saja irisannya lebih tebal, Pisang goreng tersbut
dimakan dengan gula aren (brown sugar). Untuk makanan yang tidak berkuah,
makanan disajikan diatas piring yang diberi daun pisang.
Bakmi Godhok |
Pisang Goreng Gula Aren |
Keunikan
dari rumah makan ini ialah semua pelayan menggunakan ikat kepala dari kain batik.
Kasir menggunakan kain lurik (kain tradisional Jawa bermotif garis-garis lurus
searah panjang kain). Dalam melayani pembeli, mereka berbicara dalam bahasa
Jawa halus (kromo inggil). Meskipun pembeli mengajak bicara dalam bahasa
Indonesia, mereka tetap berbicara dalam bahasa Jawa. Sayub-sayub terdengar lagu
dalam bahasa Jawa yang lembut (tembang Jowo).
Interior Bakmi Jogja Trunojoyo kental dengan nuansa Jogja
jaman dulu. Dinding dihiasi dengan kata-kata bijak dalam bahasa Jawa dan foto
kehidupan keraton di masa lalu. Peralatan makan kuno disimpan rapi dalam lemari
jati kuno. Tulisan hanacaraka juga hadir sebagai papan petunjuk. Suasana jaman
dulu ditunjang dengan bangunan bergaya colonial yang terawat. Jendela yang
besar dan plafon yang tinggi membuat sirkulasi udara yang bagus, sehingga tidak
memerlukan pendingin ruangan. Tempat memasak (dapur) terletak di halaman luar,
sehingga begitu memasuki Bakmi Jogja Trunojoyo, pembeli sudah disambut oleh
harumnya bumbu.
Pajangan dan Hiasan didalam |
Suasana Depan dan Juga sebagai Dapur |
Untuk mengurangi rasa penasaran kamu, Dateng dan Cobain! di jamin KETAGIHAN seperti mimin ini :D